Total Tayangan Halaman

Selasa, 09 Desember 2008

NILAI-NILAI KEBANGSAAN

NILAI-NILAI KEBANGSAAN

Kondisi bangsa yang beraneka ragam dan dinamis namun “Tunggal Ika”, membuktikan bahwa kelanjutan masa depan Indonesia sebagai bangsa akan terus bergulir. Hanya dengan sikap memandang keberagaman dalam harmonilah, seluruh rakyat Indonesia jangan pernah memiliki rasa takut. Karena kita bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, jangan pernah mau diajak berperang sekalipun itu perang melawan kemiskinan. Tetapi, kembalikanlah semuanya kepada Tuhan. “Kita kembalikan semuanya pada ajaran Ilahi,” Indonesia lahir dari sejarah yang sangat panjang dari Sabang sampai Merauke, sebagaimana bunyi lagu nasional kita “Dari Sabang Sampai Merauke”. Tanah Air kita Indonesia, bukan Majapahit. Menjunjung Tanah Air, bukan Sriwijaya.
Indonesia yang kita junjung bukanlah Indonesia yang rambutnya putih semua, bukan yang perempuan semua, bukan yang Islam semua, bukan yang Jawa semua. “Tentu saja bukan itu,” Supaya ramalan tidak terjadi, Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika harus kita pertahankan. “Dengan apa saudara-saudara? Kita bukan kelompok yang optimistis, bukan. Juga tidak pesimistis. sebelum memberikan penjelasan. bagaimana mempertahankan Indonesia. bapak pendiri bangsa telah membangun jembatan yang dapat dilalui bersama, dan dilalui oleh siapa saja, dalam mempertahankan bangsa yaitu Pancasila atau lima dasar sebagai filosofi bangsa. Yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Filosofi bangsa dan negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa harus dipertahankan. Lalu yang kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, disambung Persatuan Indonesia. Terus jembatan yang keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dan di penghujung tampak adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Itulah jembatan yang harus dilalui agar tidak menjadi apa yang diramalkan oleh orang, bahwa Indonesia akan hancur pada tahun 2015,” Kelima jembatan emas harus dimaknai pula sebagai moral. Setelah otak sehat, pikiran sehat, dibekali moral, maka kelima jembatan emas harus di-manage dengan moral yang benar pula. kita diberikan kebebasan untuk ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Faktanya, semua bangsa Indonesia memiliki Tuhan. Kita sebagai bangsa juga diminta bersatu dari adil sampai musyawarah, yang isinya adalah tauhid, tidak sirik, serta tidak memitoskan orang per orang.
Kebebasan untuk menjalankan keimanan masing-masing merupakan jembatan emas yang terbukti menjadi pengikat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.
Kita pernah membaca piagam Madinah, dimana disebutkan seluruh bangsa yang berada di Madinah, dan dipimpin oleh Muhammad SAW, pada waktu itu dinyatakan bebas. Muhammad SAW mengajarkan satu hal saja, yaitu menjunjung tinggi Piagam Madinah. Dengan menjunjung Piagam Madinah, maka, bagi kaum Yahudi silahkan dengan Yahudimu, Nasrani silahkan dengan Nasranimu, yang utama kita pertahankan Madinah.
“Ideologi bangsa Indonesia itu juga begitu. Tidak ada masalah bila kamu mau pindah agama. Yang Nasrani, ya Nasranilah yang baik. Islam, ya Islamlah yang baik, Hindu, Hindulah yang baik. Satu, pertahankan Indonesia,”
Dengan mempertahankan Indonesia melalui jembatan emas lima dasar yang tertuang dalam Pancasila, Indonesia tidak akan pernah bubar pada tahun 2015, bangsa ini dari Sabang sampai Merauke isinya bermacam-macam, setelah digabung menjadi satu namanya Indonensia. Persoalannya, sudah majukah Indonesia itu atau belum. Jawabannya adalah, inilah proses berbangsa dan bernegara. Perjalanan bangsa Indonesia sama dengan Amerika yang menjadi negara demokrasi.
.Tuhan menciptakan bumi dan seisinya, manusia diciptakan sebagai mahluk yang terbaik secara rohaniah dan jasmaniah. Sudah menjadi fitrah manusia, memiliki perasaan tunduk kepada Yang Maha Tinggi. Prinsip monoteisme, selari dengan filosofi bangsa ini, yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua bangsa meyakini kebenaran sejati. Semua agama-agama menunjukan adanya kebenaran sejati. Berbagai agama lahir untuk mengatur kehidupan bersama. Tuhan Yang maha Tinggi pasti memuliakan seluruh keturunan Adam.
Selanjutnya adalah Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Maka penghapusan semua bentuk diskriminasi menjadi cermin sikap yang tegas. Semua hak azasi manusia dilindungi dengan azas demokratisasi sehingga tercipta pembangunan yang adil berimbang, mementingkan segi manusiawi, dan berkelajutan. Perlu dikembangkannya rasa cinta untuk kemanusiaan dan lingkungan, sehingga tercipta kesadaran tentang pentingnya hidup dalam harmoni dengan lingkungannya.
Meski pembelajaran demokratisasi masih terus berproses, kita patut mendukung tujuan mulia, meraih Persatuan Indonesia. Kemajemukan bangsa bukan berarti diferensiasi. Membela negara adalah kewajiban kita bersama. Wahai bangsa Indonesia, marilah kita bersatu dengan adil dalam musyawarah. Bangsa kita, bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke yang isinya bermacam-macam, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Kebebasan untuk menjalankan keimanan masing-masing, itulah pengikat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Itulah Jembatan Emas yang harus dilalui agar tidak terjadi apa yang diramalkan oleh orang, bahwa Indonesia akan hancur pada tahun 2015.
Pertikaian dan perselisihan bisa saja terjadi, namun dengan saling menghormati dan memahami bisa menjadi jembatan menuju Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Jadi pemimpin harus dihormati. Dihormati, bukan dijadikan mitos. Nilai-nilai luhur yang diungkapkan tadi merupakan langkah menapaki jenjang Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika semuanya terwujud, proses pada semua aspek akan mengarah pada keadilan yang selaras dengan perdamaian. Setiap warga negara secara rasional menghormati martabat manusia dan bisa saling berbagi komitmen pada persamaan dan berusaha ke arah tujuan bersama, jalan bersama Jembatan Emas mempersatukan cita-cita bangsa kita.
Itulah yang disebut dengan moral. Jembatan yang mempunyai kekuatan yang berperan sebagai alat pemersatu bangsa. Prinsip-prinsip teguh yang menjadi manifestasi pembangunan jiwa raga bangsa ini di masa sekarang dan mendatang.
Di tengah perubahan global yang menderas, perubahan-perubahan dan tantangan di masa mendatang memerlukan Jembatan Emas pemersatu bangsa yang majemuk ini. Dengan berusaha sedaya-upaya untuk menuju pembangunan berkeadilan diperlukan filosofi misi yang mencakup seluruh golongan, seluruh ras, seluruh bangsa bisa hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. Di tengah arus globalisasi, Indonesia dengan ciri-ciri kebudayaan dan sosio-ekonomik yang unik, haruslah tangguh menghadapi tantangan-tantangan yang terus meningkat. Dengan menerima perbedaan-perbedaan yang ada dalam bangsa ini, maka kita akan segera menyelesaikan isu-isu perdamaian, demokrasi, hak azasi, dan pembangunan berkelanjutan dengan sesegera mungkin. Memegang teguh supremasi aturan dan ajaran Ilahi, toleransi menghormati hak asasi tiap manusia akan menuju keadilan dan kedamaian.

NILAI-NILAI KEBANGSAAN

NILAI-NILAI KEBANGSAAN

Kondisi bangsa yang beraneka ragam dan dinamis namun “Tunggal Ika”, membuktikan bahwa kelanjutan masa depan Indonesia sebagai bangsa akan terus bergulir. Hanya dengan sikap memandang keberagaman dalam harmonilah, seluruh rakyat Indonesia jangan pernah memiliki rasa takut. Karena kita bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, jangan pernah mau diajak berperang sekalipun itu perang melawan kemiskinan. Tetapi, kembalikanlah semuanya kepada Tuhan. “Kita kembalikan semuanya pada ajaran Ilahi,” Indonesia lahir dari sejarah yang sangat panjang dari Sabang sampai Merauke, sebagaimana bunyi lagu nasional kita “Dari Sabang Sampai Merauke”. Tanah Air kita Indonesia, bukan Majapahit. Menjunjung Tanah Air, bukan Sriwijaya.

Indonesia yang kita junjung bukanlah Indonesia yang rambutnya putih semua, bukan yang perempuan semua, bukan yang Islam semua, bukan yang Jawa semua. “Tentu saja bukan itu,” Supaya ramalan tidak terjadi, Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika harus kita pertahankan. “Dengan apa saudara-saudara? Kita bukan kelompok yang optimistis, bukan. Juga tidak pesimistis. sebelum memberikan penjelasan. bagaimana mempertahankan Indonesia. bapak pendiri bangsa telah membangun jembatan yang dapat dilalui bersama, dan dilalui oleh siapa saja, dalam mempertahankan bangsa yaitu Pancasila atau lima dasar sebagai filosofi bangsa. Yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Filosofi bangsa dan negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa harus dipertahankan. Lalu yang kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, disambung Persatuan Indonesia. Terus jembatan yang keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dan di penghujung tampak adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

“Itulah jembatan yang harus dilalui agar tidak menjadi apa yang diramalkan oleh orang, bahwa Indonesia akan hancur pada tahun 2015,” Kelima jembatan emas dimaknai pula sebagai moral. Setelah otak sehat, pikiran sehat, dibekali moral, maka kelima jembatan emas harus di-manage dengan moral yang benar pula. kita diberikan kebebasan untuk ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Faktanya, semua bangsa Indonesia memiliki Tuhan. Kita sebagai bangsa juga diminta bersatu dari adil sampai musyawarah, yang isinya adalah tauhid, tidak sirik, serta tidak memitoskan orang per orang.

Kebebasan untuk menjalankan keimanan masing-masing merupakan jembatan emas yang terbukti menjadi pengikat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.

Kita pernah membaca piagam Madinah, dimana disebutkan seluruh bangsa yang berada di Madinah, dan dipimpin oleh Muhammad SAW, pada waktu itu dinyatakan bebas. Muhammad SAW mengajarkan satu hal saja, yaitu menjunjung tinggi Piagam Madinah. Dengan menjunjung Piagam Madinah, maka, bagi kaum Yahudi silahkan dengan Yahudimu, Nasrani silahkan dengan Nasranimu, yang utama kita pertahankan Madinah.

“Ideologi bangsa Indonesia itu juga begitu. Tidak ada masalah bila kamu mau pindah agama. Yang Nasrani, ya Nasranilah yang baik. Islam, ya Islamlah yang baik, Hindu, Hindulah yang baik. Satu, pertahankan Indonesia,”

Dengan mempertahankan Indonesia melalui jembatan emas lima dasar yang tertuang dalam Pancasila, Indonesia tidak akan pernah bubar pada tahun 2015, bangsa ini dari Sabang sampai Merauke isinya bermacam-macam, setelah digabung menjadi satu namanya Indonensia. Persoalannya, sudah majukah Indonesia itu atau belum. Jawabannya adalah, inilah proses berbangsa dan bernegara. Perjalanan bangsa Indonesia sama dengan Amerika yang menjadi negara demokrasi.

.Tuhan menciptakan bumi dan seisinya, manusia diciptakan sebagai mahluk yang terbaik secara rohaniah dan jasmaniah. Sudah menjadi fitrah manusia, memiliki perasaan tunduk kepada Yang Maha Tinggi. Prinsip monoteisme, selari dengan filosofi bangsa ini, yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua bangsa meyakini kebenaran sejati. Semua agama-agama menunjukan adanya kebenaran sejati. Berbagai agama lahir untuk mengatur kehidupan bersama. Tuhan Yang maha Tinggi pasti memuliakan seluruh keturunan Adam.

Selanjutnya adalah Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Maka penghapusan semua bentuk diskriminasi menjadi cermin sikap yang tegas. Semua hak azasi manusia dilindungi dengan azas demokratisasi sehingga tercipta pembangunan yang adil berimbang, mementingkan segi manusiawi, dan berkelajutan. Perlu dikembangkannya rasa cinta untuk kemanusiaan dan lingkungan, sehingga tercipta kesadaran tentang pentingnya hidup dalam harmoni dengan lingkungannya.

Meski pembelajaran demokratisasi masih terus berproses, kita patut mendukung tujuan mulia, meraih Persatuan Indonesia. Kemajemukan bangsa bukan berarti diferensiasi. Membela negara adalah kewajiban kita bersama. Wahai bangsa Indonesia, marilah kita bersatu dengan adil dalam musyawarah. Bangsa kita, bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke yang isinya bermacam-macam, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia. Kebebasan untuk menjalankan keimanan masing-masing, itulah pengikat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Itulah Jembatan Emas yang harus dilalui agar tidak terjadi apa yang diramalkan oleh orang, bahwa Indonesia akan hancur pada tahun 2015.

Pertikaian dan perselisihan bisa saja terjadi, namun dengan saling menghormati dan memahami bisa menjadi jembatan menuju Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Jadi pemimpin harus dihormati. Dihormati, bukan dijadikan mitos. Nilai-nilai luhur yang diungkapkan tadi merupakan langkah menapaki jenjang Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika semuanya terwujud, proses pada semua aspek akan mengarah pada keadilan yang selaras dengan perdamaian. Setiap warga negara secara rasional menghormati martabat manusia dan bisa saling berbagi komitmen pada persamaan dan berusaha ke arah tujuan bersama, jalan bersama Jembatan Emas mempersatukan cita-cita bangsa kita.

Itulah yang disebut dengan moral. Jembatan yang mempunyai kekuatan yang berperan sebagai alat pemersatu bangsa. Prinsip-prinsip teguh yang menjadi manifestasi pembangunan jiwa raga bangsa ini di masa sekarang dan mendatang.

Di tengah perubahan global yang menderas, perubahan-perubahan dan tantangan di masa mendatang memerlukan Jembatan Emas pemersatu bangsa yang majemuk ini. Dengan berusaha sedaya-upaya untuk menuju pembangunan berkeadilan diperlukan filosofi misi yang mencakup seluruh golongan, seluruh ras, seluruh bangsa bisa hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. Di tengah arus globalisasi, Indonesia dengan ciri-ciri kebudayaan dan sosio-ekonomik yang unik, haruslah tangguh menghadapi tantangan-tantangan yang terus meningkat. Dengan menerima perbedaan-perbedaan yang ada dalam bangsa ini, maka kita akan segera menyelesaikan isu-isu perdamaian, demokrasi, hak azasi, dan pembangunan berkelanjutan dengan sesegera mungkin. Memegang teguh supremasi aturan dan ajaran Ilahi, toleransi menghormati hak asasi tiap manusia akan menuju keadilan dan kedamaian.